DI SEBUAH KEBUN JAGUNG KAU MENEMUKANKU
Kebun
jagung ini berjarak 200 meter dari rumah Kakekku, luasnya ternyata tidak lebih
dari 2 hektar. Pagi yang dingin ini tak menghalangiku untuk mengunjunginya
meski bukan masa panen, karena masih dibutuhkan waktu dua bulan lagi bagi
tongkol-tongkol jagung yang terselip itu siap untuk dipetik. Dua hari ini
hatiku serasa membeku, peristiwa yang baru saja terjadi membuatku sedih sampai
tak mampu lagi menangis. Di kebun jagung ini pernah terjadi dua hal sekaligus
yang mengubah hidupku sebagai seorang Dias.
Sejenak
aku teringat saat usiaku masih 5 tahun, dahulu kebun ini serasa sebuah hutan
lebat yang ditumbuhi tanaman jagung dewasa dengan rapat sampai-sampai aku
menangis karena tidak dapat menemukan jalan keluar dari dalamnya. Masih melekat
dalam ingatanku bagaimana takutnya aku saat itu, dalam benakku aku merasa sudah
tamat hidupku. aku membayangkan bahwa aku tersesat ke sebuah dunia yang lain
yang berbeda dengan yang selama ini aku kenal. Tidak ada Papa, Mama, Kakek,
Nenek, dan kue apel yang dibuat Nenekku. Aku tersesat dan tidak bisa pulang.
Ketakutanku bertambah saat kudengar suara burung gagak yang sesekali seolah
terbang melintas di atas kepalaku. Dan dalam keadaan seperti itu, Dias kecil
hanya bisa menangis. Entah berapa lama aku menangis di sela ketakutanku,
rasa-rasanya sampai parau suaraku bahkan air mataku juga sudah tidak bisa
keluar lagi. Peristiwa itu adalah peristiwa paling menakutkan seumur hidupku.
Di tengah kebingunganku aku berusaha
menemukan jalanku pulang, di tengah ketakutanku dan sisa kekuatanku kusibak
batang-batang jagung yang mengelilingiku namun tak kutemukan, aku malah semakin
tersesat. Aku hilang arah, dengan tinggi badan kurang lebih 83 cm saat itu aku
tidak dapat melihat apapun kecuali batang-batang pohon jagung di sekelilingku.
Tiba-tiba
aku mendengar ada suara yang memanggilku
“Diaaaasssss….”
“Diaaaasssss….”
“Kakek
datang untuk menemukanmuuuuuu…”
“Diaaaassss…
jangan bergerak lagi naaakkk..”
“sekarang
diamlah di tempatmuuuuu… kakek akan menemukanmuuuu….”
“Diaaaaasssss….
Dengar suara Kakek naaaakkkk?????”
Sontak
aku berseru dengan sisa-sisa kekuatanku untuk menjawab suara itu semampuku
“Kakeeeekkkk….”
“Kakeeeekkkk….”
“Dias
disiniiiiii… Dias menunggu Kakeeeekkkkk…”
“Kakeeekkkk…..
Kakek dengar suara Diasss????..”
“Huhuhuhu…..”
Air
mataku kembali mengalir deras saat aku menyadari bahwa seruan terakhirku hanya
sampai di kerongkongan karena aku telah kehabisan suara. Aku hanya bisa
terduduk dan menangis sambil melihat ke langit seraya memohon kepada Tuhan
supaya Dia membawa Kakek kepadaku. Saat itulah untuk pertama kalinya aku merasa
benar-benar mengalami kesulitan besar dan merasa hanya Dia yang sanggup
menolongku. Seketika aku berhenti menangis, mencoba berseru lagi dengan suara
yang seadanya
“Kakeeeeekkkk…”
“Jangan
takut Dias, kakekmu pasti dapat menemukanmu..”
Sejenak
setelah suara itu terdengar di telingaku, tiba-tiba aku melihat kakekku telah
menyibak batang-batang jagung di depanku dan berdiri di hadapanku. Saat aku
menatapnya, dia langsung berhambur ke arahku dan memelukku seraya berkata
“Ya
Tuhan terimakasih…”
“O…
Haleluya..”
Dalam
pelukkan kakek aku menangis lagi, dan tiba-tiba suaraku yang hilang muncul
kembali bahkan lebih kencang lagi. Tapi aku merasakan tangisanku ini berbeda,
tangis ini adalah tangisan haru, gembira, dan lega karena aku telah ditemukan.
Dalam hati baru aku menyadari bahwa apa yang aku sampaikan pada Tuhan untuk
pertama kalinya dijawab-Nya dengan segera. Sambil memeluk erat kakekku aku berseru
dalam hati menyatakan persetujuanku dengan seruan kakek, “Terimakasih Tuhan…”
Sudah 10 tahun peristiwa itu berlalu sejak
Papa dan Mama mengajakku pindah ke kota karena tuntutan pekerjaan Papa, namun
peristiwa itu tidak pernah hilang dari ingatanku. Aku menutup mata dan
merasakan aliran hangat dari mataku. Getar yang ada dalam hatiku saat ini juga
sama dengan apa yang aku rasakan 10 tahun yang lalu di tempat ini. Dalam
pelukan kakekku, aku diperkenalkan pada seorang Pribadi yang membawa kakek
menemukan aku. Ya, Yesus namanya, demikian kakek memanggilnya. Semakin deras
aliran hangat itu keluar dari mataku namun aku tersenyum bahagia, karena
peristiwa itu telah membawaku mengenal Yesus yang selalu dapat menemukanku dan
menolongku.
Kebun jagung yang dahulu pernah
menjadi tempat yang sangat menakutkan bagiku, seketika itu juga menjadi tempat
terindah bagiku untuk mendapatkan kekuatan dalam masa-masa sulitku. Seperti
saat ini, ketika aku berduka karena seseorang yang dekat di hatiku tak lagi ada
di sampingku. Kakek Yusak, demikian orang mengenalnya. Kemarin Tuhan telah
menutup usianya pada bilangan 80 tahun dalam damai sejahtera tanpa keadaan
apapun yang menyakitinya. Kakek meninggal tepat sehari setelah aku pulang
kembali ke rumah ini, saat kami sedang menyanyikan kidung pujian bersama
seperti yang dahulu pernah kami lakukan. Aku sudah merasakan hal itu sejak
seminggu sebelum aku pulang ke rumah ini, entahlah seperti suara Tuhan yang
memberitahuku,
“Pulanglah
segera, ada hal penting yang akan terjadi.”
Dan
inilah hal penting itu, perginya seorang Kakek Yusak yang penuh kasih dan
bijaksana ke Rumah Tuhan. Dalam keheningan dan kesejukan pagi ini aku bergumam,
“Hhhh….
Kakek, Dias percaya kau aman di sana sekarang. Seperti Dia yang telah
menolongmu menemukanku kala itu, Dia juga yang akan membawamu masuk dalam kekekalan
yang damai bersama-Nya. Terimakasih Kakek karena kau memperkenalkanku pada-Nya
yang sekarang sedang bersamamu. Sampai bertemu lagi Kakekku tercinta, di suatu
masa nanti. Oohhh…. Terimakasih Yesus.”
Aku
membuka mataku perlahan-lahan, dan kudapati dunia menjadi lebih indah dengan
hal yang baru saja aku dapatkan. Aku jadi merasakan kelegaan dan kedamaian
bukan lagi duka seperti sebelumnya. Aku pun tersenyum…
Entah
berapa hal lagi dan apa lagi yang akan aku alami setelah ini. Di kebun jagung
ini aku telah dimampukan untuk melihat jalan-jalan di hadapanku dengan senyum.
Tidak lagi seperti Dias berusia 5 tahun yang kebingungan mencari jalan keluar
sambil menangis seakan tidak ada jalan keluar. Sekarang aku dapat merasakan kekuatan
dan tuntunan tangan dari Seseorang yang diperkenalkan kakek kepadaku secara
nyata. Dialah Yesus, Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Bersama-Nya telah
kutemukan jalanku ^^,
Untuk
Nenekku yang terkasih
Aku
mencintaimu, ini karya pertamaku ^^,
Terimakasih
Tuhan untuk waktu yang pernah kami miliki bersama
Aku
selalu rindu waktu yang akan kami miliki bersama lagi dengan Engkau ‘nanti’
Solo,
22-23 Juni 2012
01.28
Komentar
Posting Komentar